Sabtu, 05 Oktober 2013

Bahasa Sebagai Alat Pencari Kerja

BAHASA SEBAGAI ALAT PENCARI KERJA

Di dalam dunia kerja, penggunaaan bahasa sering diistilahkan sebagai alat pencari kerja karena hampir seluruh perusahaan di Indonesia menginginkan karyawannya bisa memahami bahasa-bahasa Indonesia yang formal dan juga bisa menguasai bahasa selain bahasa Indonesia seperti bahasa inggris.
Penggunaan bahasa inggris sering kali sebagai sebuah persyaratan yang wajib dikuasai oleh setiap karyawan karena melihat perkembangan yang semakin maju dalam hal teknologi. Jika sebuah perusahaan tidak dimodalkan karyawan yang pintar dan bagus dalam berbahasa inggris, maka perusahaan tersebut akan sulit untuk berkembang kedepannya. Maka dari itu jika kita tidak menguasai setidaknya dua bahasa sekaligus yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris, maka kita akan untuk mendapatkan pekerjaan yang kualitas perusahaan tersebut tinggi.
Misalnya ambil sebuah contoh seseorang yang akan melamar kerja disebuah perusahaan ternama dan ketika di interview dengan salah satu manager di sebuah perusahaan tersebut calon karyawan itu bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku. Lalu ada calon karyawan selanjutnya yang ketika interview, dia menggunakan bahasa inggris dalam berbicara kepada manager tersebut dengan fasih dan lancar. Tenyata yang diterima oleh manager di perusahaan tersebut ialah calon karyawan yang berbicara dengan menggunakan bahasa inggris tersebut, sedangkan calon karyawan yang berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia tidak diterima.

Dari contoh kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa zaman yang sudah canggih dan maju ini dalam dunia kerja tidak cukup hanya menguasai satu bahasa saja, walaupun bahasa yang kita pakai sehari-hari baku sekalipun. Minimal kita bisa menguasai dua bahasa atau lebih agar suatu perusahaan tersebut dapat berkembang di dunia internasional dan Negara Indonesia juga dapat berkembang pesat seperti Negara-negara yang telah maju.

Bahasa Sebagai Jati Diri

BAHASA SEBAGAI JATI DIRI

A. Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna.
B. Karakteristik Bahasa
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
  • Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
  • Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
  • Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
  • Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
  • Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
C. Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan.
  • Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
  • Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
  • Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala, gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
  • Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
  • Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
  • Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
D. Pengertian Jati Diri
Dalam kamus besar bahasa Indonesia jati diri mempunyai pengertian yaitu ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda, identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam, spiritualitas. Jadi jati diri adalah segala sesuatu yang dapat menunjukan identitas, ciri-ciri atau apapun yang dapat menggambarkan keadaan seseorang atau suatu benda.
E. Hubungan Bahasa Dengan Jati Diri
Bahasa berperan utama dalam pembentukan pengalaman atau pemahaman seseorang tentang alam semesta.  Dengan pembentukan pengalaman dan pemahaman ini bahasa telah berperan dalam pembentukan jati diri seseorang atau suatu bangsa.  Bahasa merupakan sistim arti dan bentuk yang diekspresikan dalam bunyi, tulisan, atau isyarat (Hallliday 2004, Martin 1992).
Secara teknis linguistik ketiga elemen bahasa itu masing-masing disebut semantik (arti), tata bahasa atau leksikogramar (bentuk), dan ekspresi yang dapat berupa bunyi, tulisan, atau isyarat.  Ketiga elemen itu merupakan strata dan membentuk hubungan semiotik.
Dengan pengertian ini bahasa memiliki cakupan yang lebih luas dari pemahaman tradisional (yang memandang bahasa terfokus pada bunyi), yakni bahasa lisan, bahasa tulisan, atau bahasa isyarat.
Setiap bahasa memiliki sistim semantik, leksikogramar dan ekspresi yang unik (di samping keuniversalan bahasa) yang membedakan satu bahasa dengan yang lain.  Hal ini berimplikasi bahwa pengalaman atau pemahaman tentang realitas yang dibentuk dengan suatu bahasa berbeda dengan pengalaman atau pemahaman yang dibentuk dengan bahasa lain.
Dengan kata lain, bahasa merupakan sarana pembentukan jati diri seseorang atau suatu bangsa. Satu bangsa berbeda dengan yang lain karena persepsi bangsa itu terhadap alam dan sosial semesta berbeda dengan persepsi yang lain dan perbedaan persepsi itu akibat perbedaan bahasa.
 F.  Bahasa Sebagai  Sebuah Jati Diri
Bahasa merupakan elemen penting dalam kehidupan umat manusia. Karena bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi satu sama lain. Itulah mengapa bahasa menjadi salah satu faktor krusial dalam kehidupan bermasyarakat di dunia.
Secara historis, bahasa Indonesia merupakan bagian dari rumpun melayu, karena bahasa melayu merupakan cikal bakal adanya bahasa Indonesia. Bahasa melayu sendiri mengalami penyebaran di beberapa Negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia bahkan Filipina. Dengan berbagai faktor geografis serta antropologis yang berbeda di tiap negara, maka bahasa melayu pun mengalami asimilasi karena berbagai faktor tersebut, demikian pula dengan bahasa melayu yang terasimilasi oleh berbagai faktor di Indonesia, sehingga munculah bahasa Indonesia. Sebagai bahasa nasional.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, seharusnya bukan hanya menjadi bahasa pemersatu bangsa yang hanya dijadikan “alat” komunikasi antar daerah yang memiliki perbedaan bahasa dengan daerah lain. Lebih dari itu, bahasa Indonesia harus mampu menjadi sebuah simbol dari jati diri bangsa yang bermartabat.